Peran Surveyor Kargo dalam Pengiriman Barang
Pendahuluan — Mengapa Surveyor Kargo Esensial dalam Rantai Pasok?
Di balik setiap pengiriman barang yang berjalan mulus, sering ada sosok profesional yang jarang diperbincangkan tetapi sangat menentukan hasil akhir: surveyor kargo. Peran mereka menarik garis antara pengiriman yang aman dan lancar serta potensi kerugian yang bisa berujung sengketa, klaim, atau bahkan risiko keselamatan. Surveyor bertindak sebagai mata dan bukti independen — mereka memverifikasi kondisi barang, memastikan kepatuhan packing, menentukan penyebab kerusakan, dan menyusun laporan objektif yang menjadi dasar perbaikan proses dalam pengiriman barang.
Bagi perusahaan pengirim, forwarder, ataupun pihak logistik, memahami peran surveyor kargo membantu menetapkan ekspektasi yang realistis, mempersiapkan dokumen yang tepat, serta memilih tindakan pencegahan yang relevan.
1. Siapa Surveyor Kargo dan Mengapa Mereka Diperlukan?
Surveyor kargo adalah profesional atau perusahaan independen yang melakukan inspeksi, penilaian kondisi fisik, verifikasi packing, dan investigasi kejadian terkait kargo selama proses pengiriman. Mereka memberikan laporan tertulis yang dapat digunakan oleh pemilik barang, carrier, forwarder, atau underwriter asuransi untuk mengambil keputusan.
Mengapa diperlukan?
Memberi bukti objektif saat terjadi kerusakan atau kehilangan.
Menilai penyebab kerusakan (mis. packing buruk, handling kasar, kecelakaan, kelembaban).
Menentukan biaya reparasi dan nilai kerusakan untuk klaim.
Menyediakan rekomendasi teknis untuk perbaikan proses packing dan handling.
Mendukung proses kepatuhan terhadap standar keselamatan dan regulasi.
Surveyor yang kredibel menjadi pihak netral yang menghasilkan fakta dan rekomendasi yang dipercaya banyak pihak, sehingga mengurangi sengketa yang berkepanjangan.
2. Jenis-Jenis Surveyor dan Layanan yang Mereka Tawarkan
Surveyor kargo hadir dalam berbagai bentuk, tergantung cakupan layanan dan spesialisasinya. Berikut kategori umum:
2.1 Surveyor Independen / General Surveyor
Menyediakan layanan inspeksi umum: pemeriksaan kondisi fisik barang, verifikasi nomor seri, verifikasi packaging, dan pembuatan laporan kerusakan umum.
2.2 Surveyor Asuransi (Insurance Surveyor)
Bekerja untuk underwriter atau atas permintaan pemilik polis untuk melakukan penilaian pra-asuransi (pre-shipment survey), penilaian risiko, dan investigasi klaim bila terjadi kerugian.
2.3 Surveyor Khusus (Specialist Surveyor)
Spesialis dalam tipe cargo tertentu: barang farmasi (cold chain), produk kimia, barang elektronik, barang seni dan antik, atau heavy lift/project cargo. Mereka memiliki pengetahuan teknis khusus, equipment pengukuran, dan standar handling untuk masing-masing kategori.
2.4 Marine Surveyor / Port Surveyor
Beraktivitas di terminal, pelabuhan, atau hangar; fokus pada kondisi muatan saat received, stowage, dan kerusakan akibat bongkar-muat kapal atau pesawat.
2.5 Pre-Shipment & Pre-Carriage Inspector
Melakukan inspeksi sebelum barang dikirim: quantification (count), measurement (dimensi), condition check, FIT (fit for transport) assessment, dan compliance check dengan dokumen ekspor/import.
2.6 Surveyor Packaging / Packing Inspector
Menilai apakah packing yang digunakan sesuai untuk jenis cargo, rute pengiriman, dan mode transport; memberikan rekomendasi packing teknis, performa lashing, dan metode palletizing.
Setiap jenis surveyor ini dapat diminta oleh berbagai stakeholders: shipper, consignee, carrier, broker, atau insurer.
3. Tugas Utama Surveyor Kargo — Rincian Tugas Per Poin
Berikut daftar tugas yang biasa dilakukan surveyor kargo — setiap poin diperpanjang agar jelas langkah dan tujuannya.
3.1 Inspeksi Kondisi Awal (Pre-Shipment / Pre-Dispatch)
Memeriksa kondisi fisik barang sebelum penyerahan ke carrier.
Mengonfirmasi kesesuaian barang dengan dokumen (invoice, packing list, contract).
Memverifikasi bahwa packing sesuai standar: penggunaan material, cushioning, double-boxing jika diperlukan, pallet footprint, dan segel.
Menguji kestabilan pallet dan metode lashing untuk mengurangi pergeseran di perjalanan.
Menyusun laporan pra-pengiriman yang mencatat kondisi awal untuk referensi klaim di masa depan.
Tujuan: mencegah klaim akibat packing tidak memadai dan memberikan baseline kondisi.
3.2 Survey Saat Penerimaan di Terminal (On-Acceptance / On-Receipt)
Melakukan pemeriksaan visual atas kargo yang datang ke terminal.
Membandingkan nomor seri, tanda pengenal, dan jumlah dengan AWB/BL.
Menandai adanya tanda bahaya, kebocoran, kelembaban, atau kerusakan fisik.
Mengambil foto dokumentasi multi-angle (close-up dan wide shot).
Memberikan notifikasi awal ke shipper/forwarder jika ditemukan masalah yang memerlukan tindakan segera.
Tujuan: mendeteksi kerusakan sedini mungkin sehingga langkah korektif dapat diambil sebelum lanjut ke ULD build atau pemuatan.
3.3 In-Transit Survey (During Transit Monitoring)
Untuk cargo sensitif (suhu, getaran), surveyor dapat melakukan monitoring berkala melalui data logger (atau metode pengukuran manual bila diperlukan) dan melakukan pemeriksaan pada titik-titik transit.
Memeriksa integritas segel dan keadaan ULD/pallet saat transit antar moda (truck → ship → truck).
Jika terdapat incident reporting, surveyor turun untuk menilai dan mendokumentasikan.
Tujuan: memastikan kondisi cargo terpantau dan mendeteksi excursion sedini mungkin.
3.4 Survey Setelah Kedatangan (On-Arrival / Post-Arrival)
Menginspeksi kondisi barang saat tiba: adanya dent, water ingress, broken parts, atau tanda-tanda pengangkutan kasar.
Mengecek kesesuaian barang vs dokumen: jumlah, serial number, dan labeling.
Mengkategorikan kerusakan: pre-existing, transit damage, atau handling damage.
Menyusun laporan temuan dengan rekomendasi tindakan: repair, reconditioning, rejection, atau disposal.
Tujuan: menjadi dasar klaim asuransi atau penyelesaian komersial antara pihak-pihak terkait.
3.5 Survey Khusus Klaim (Claim Investigation)
Mengumpulkan semua bukti (foto, CCTV footage, PIR from carrier, dokumen manifest, log truck).
Menganalisa penyebab kerusakan: apakah karena packing, stowage, fatigue transport, atau kelalaian pihak handling.
Menentukan nilai kerusakan: cost of repair, depreciation, dan lost value.
Menyusun report teknis untuk pihak asuransi dan rekomendasi settlement.
Tujuan: mempercepat proses klaim dan menegakkan tanggung jawab yang tepat.
3.6 Survey Kargo Berbahaya dan Cold Chain
Untuk DG: memverifikasi labeling, SDS (safety data sheet), jumlah kemasan hazardous, dan kesesuaian packing instruction.
Untuk cold chain: memverifikasi pre-cool confirmation, data logger log, validasi suhu ULD, dan SOP excursion jika suhu di luar tolerance.
Tujuan: meminimalkan insiden keselamatan dan memastikan compliance terhadap peraturan.
3.7 Audit Packing dan Training Recommendations
Memberikan rekomendasi perbaikan pada prosedur packing internal shipper.
Menyusun modul pelatihan packing dan handling untuk tim operasional.
Melakukan periodic audit untuk memastikan penerapan rekomendasi.
Tujuan: mengurangi recurring claims dan meningkatkan mutu pengiriman.
4. Alur Kerja Surveyor Kargo: Langkah demi Langkah Operasional
Untuk memudahkan pemahaman, berikut alur kerja surveyor dari awal hingga akhir—disajikan sebagai proses yang dapat diterapkan di lapangan.
Langkah 1 — Permintaan Survey (Instruction)
Pemilik barang, broker, atau insurer menginstruksikan surveyor. Instruksi mencakup: tipe survey (pre-shipment, on-arrival, klaim), lokasi, kontak person, dan dokumen pendukung yang perlu dibawa.
Langkah 2 — Preparasi & Mobilisasi
Surveyor menyiapkan checklist, alat ukur (tape measure, calipers, moisture meter, digital camera), dan form laporan.
Verifikasi dokumen awal (AWB, B/L, invoice, packing list) yang dikirim secara digital atau dibawa oleh shipper/forwarder.
Langkah 3 — Inspeksi Lapangan
Dilakukan di lokasi yang aman (warehouse, terminal, ramp).
Pemeriksaan visual, pengukuran, verifikasi seal, dan penimbangan (jika perlu).
Pengumpulan bukti foto dan catatan kondisi.
Langkah 4 — Dokumentasi & Analisis
Mengisi laporan terstruktur: identification, observation, condition, probable cause, remedial action, dan cost estimate.
Jika penyebab tidak jelas, surveyor dapat merekomendasikan laboratory test (mis. moisture content, metal fatigue) atau meminta third-party specialist.
Langkah 5 — Komunikasi Hasil
Laporan awal (preliminary report) dikirim ke pihak peminta untuk tindakan segera.
Laporan final yang lebih terperinci diserahkan setelah analisis lengkap; termasuk estimasi biaya perbaikan dan rekomendasi.
Langkah 6 — Tindak Lanjut
Jika laporan dipakai untuk klaim, surveyor dapat dimintai klarifikasi oleh adjuster, dan ikut pada proses negosiasi settlement.
Alur ini harus terekam dengan baik agar semua pihak jelas hak dan tanggung jawabnya.
5. Teknik Inspeksi & Peralatan yang Digunakan Surveyor
Surveyor modern memadukan observasi teknis dengan alat ukur sederhana hingga canggih. Berikut daftar teknik dan peralatan beserta fungsi dan penggunaannya.
5.1 Teknik Visual & Photographic Documentation
Foto multi-angle (kedekatan dan keseluruhan), close-up pada area kerusakan, capture nomor seri dan seal.
Foto timestamped sangat berguna sebagai evidence saat klaim.
5.2 Pengukuran Dimensional dan Berat
Tape measure, laser distance meter, dan timbangan: verifikasi dimensi dan berat untuk menentukan chargeable weight dan potensi overloading.
5.3 Moisture Meter dan Hygrometer
Digunakan untuk cargo sensitif kelembaban: kayu, kertas, tekstil. Menentukan apakah terdapat water ingress atau kelembaban berlebih.
5.4 Thermal Camera & Temperature Logger
Thermal camera untuk mendeteksi hotspot di muatan (terutama untuk barang elektronik atau kompartemen penyimpanan).
Data logger (untuk cold chain): membaca log suhu selama perjalanan, duration of excursion, dan timeline.
5.5 Non-Destructive Testing (NDT) Tools
Alat ultrasound atau borescope untuk mengecek integritas packaging khusus atau bagian bagian mesin. Ini mengurangi kebutuhan membuka kemasan sebelum klaim.
5.6 Load & Lashing Inspection Tools
Tension meter untuk mengukur kekencangan strap/lashing; corner protector condition check; pallet integrity test.
5.7 Lab Testing (Jika Diperlukan)
Sampel diuji di laboratorium: kontaminasi, kadar air, atau analysis failure mode pada barang teknis.
Peralatan yang dipilih bergantung pada jenis barang, kebutuhan klaim, dan batasan lokasi.
6. Dokumen Penting dalam Proses Survey — Checklist Dokumen
Surveyor memerlukan sejumlah dokumen agar inspeksi akurat. Berikut daftar dokumen yang harus disiapkan oleh pihak peminta:
AWB / Bill of Lading (MAWB/HAWB atau B/L)
Commercial Invoice & Packing List
Certificate of Origin (jika relevan)
Insurance policy / cover note (untuk klaim)
Shipper’s Instruction (SLI) atau contract of carriage
Photos pre-shipment (jika ada)
Data logger files untuk cold chain shipments
SDS / MSDS untuk barang kimia (DG)
ULD manifest dan load sheet (untuk kargo udara)
Trucking manifest & vehicle document untuk pengiriman darat
CCTV footage (jika ada) saat investigation klaim
Kelengkapan dokumen mempercepat analisa dan mengurangi waktu survey.
7. Cara Menentukan Penyebab Kerusakan: Metode Analitis Surveyor
Menentukan akar penyebab kerusakan adalah kemampuan inti surveyor. Pendekatan yang sistematis membantu objektivitas dan kredibilitas laporan.
7.1 Klasifikasi Kerusakan
Pre-existing damage: sudah ada sebelum pengiriman. Ciri: tanda lama, korosi, atau kerusakan yang di-cover packing lama.
Transit damage: kerusakan yang terjadi selama transport (bukti: dent, abrasions, water stains yang fresh).
Handling damage: akibat bongkar-muat kasar, forklift impact, atau improper stowage.
Storage / warehouse damage: akibat kondisi penyimpanan (excess humidity, pests).
Packing failure: kegagalan packaging karena under-design atau improper materials.
7.2 Teknik Root Cause Analysis
Gather evidence: foto, dokumentasi, eyewitness statements.
Sequence timeline: apa yang terjadi sejak pickup, selama transit, dan titik arrival.
Check environmental data: suhu, kelembaban, exposure to saltwater.
Check handling records: ULD build notes, forklift logs, CCTV.
Material analysis: jika perlu, lakukan lab test untuk mengidentifikasi failure mode.
Hasil analisis disajikan dalam format yang mudah dipahami: fakta, hipotesis penyebab, bukti pendukung, dan rekomendasi.
8. Laporan Survey: Struktur, Bahasa, dan Elemen Esensial
Laporan survey adalah dokumen formal yang dapat menjadi dasar klaim, kontrak, atau tindakan hukum. Struktur yang standar memudahkan pembaca memahami temuan.
Struktur Laporan Ideal
Header: nama surveyor, nomor laporan, tanggal, dan pihak pengaju.
Referensi pengiriman: AWB/B/L, nomor booking, routing, nomor lot/serial.
Scope of Work: menjelaskan apa yang diminta (pre-shipment, arrival, claim).
Methodology: metode inspeksi dan peralatan yang digunakan.
Observations: temuan faktual, foto terlampir, dimension/weight readings.
Analysis & Findings: interpretasi, probable cause, dan supporting evidence.
Estimate & Recommendations: estimasi biaya perbaikan/replacement dan saran teknis.
Conclusions: kesimpulan ringkas.
Sign-off & Declaration: tanda tangan surveyor, tanggal, dan disclaimers (liability limits).
Bahasa Laporan
Gunakan bahasa teknis yang jelas tetapi non-spektakuler.
Hindari spekulasi tanpa bukti; gunakan istilah probabilistik bila tidak pasti (mis. “kemungkinan besar disebabkan oleh…”).
Sertakan foto dengan caption dan timestamp.
Jika ada keraguan, rekomendasikan langkah investigasi lanjutan.
Laporan yang rapi meningkatkan peluang penyelesaian klaim yang cepat dan adil.
9. Hubungan Antara Surveyor, Underwriter, dan Pihak Lain
Surveyor sering berinteraksi dengan banyak pihak. Menjaga hubungan profesional dan netralitas sangat penting.
Dengan Underwriter / Assessor
Surveyor menyediakan laporan teknis untuk menilai eksposur dan validity klaim.
Underwriter bisa meminta klarifikasi atau secondary survey bila diperlukan.
Dengan Carrier / Forwarder
Carrier dapat menyajikan PIR (property irregularity report) dan evidence handling log.
Surveyor bertindak independen, namun tetap mengumpulkan data dari carrier untuk menyusun analisis.
Dengan Shipper / Consignee
Surveyor menginformasikan temuan dan rekomendasi.
Shipper/consignee sering diminta menandatangani dokumentasi penemuan untuk keperluan klaim.
Dengan Regulator
Untuk kasus DG atau masalah lingkungan, surveyor dapat berkoordinasi dengan otoritas setempat dan membuat laporan yang diperlukan.
Interaksi ini harus didasarkan pada transparansi dan dokumentasi tertulis untuk menghindari konflik kepentingan.
10. Studi Kasus Illustratif (Tanpa Nama) — Analisa dan Pembelajaran
Berikut beberapa contoh studi kasus ringkas yang memperlihatkan peran surveyor dalam penyelesaian masalah nyata.
Kasus A: Air Ingress pada Pengiriman Elektronik
Situasi: Konsignee menerima palet elektronik yang banyak unitnya bocor akibat kelembaban.
Tindakan Surveyor: melakukan moisture test, memeriksa packing (lapisan plastik seal tampak tidak rapat), menelusuri perjalanan: ada fase transit laut dengan exposure terhadap salt spray.
Temuan: kombinasi packing yang tidak kedap dan placement di deck bawah menyebabkan water ingress.
Hasil: klaim disetujui sebagian; rekomendasi packing: double-layer vacuum-seal dan desiccant; re-routing untuk muatan sensitive.
Pembelajaran: packing harus dirancang bukan hanya untuk handling, tetapi juga untuk exposure lingkungan rute tertentu.
Kasus B: Benturan Forklift di Terminal
Situasi: Kardus berisi komponen logam bergeser dan mengalami dent signifikan. Carrier menolak klaim awal mengklaim damage akibat shipper.
Tindakan Surveyor: memeriksa CCTV, memeriksa tanda baru pada pallet dan strap, dan mewawancarai operator terminal.
Temuan: benturan terlihat pada footage, dan dent baru konsisten dengan dampak forklift.
Hasil: carrier bertanggung jawab untuk perbaikan; rekomendasi: marking area forklift speed limit & training handling.
Pembelajaran: bukti visual (CCTV) sering menjadi penentu krusial; dokumentasi penting sejak awal.
Kasus C: Cold Chain Excursion pada Produk Farmasi
Situasi: Selama transit udara, dana logger menunjukkan suhu naik 6°C selama 8 jam.
Tindakan Surveyor: menyusun timeline, memeriksa validated ULD, dan memeriksa bagaimana handling saat transfer.
Temuan: ULD pre-cooling tidak dilakukan oleh origin handler; transfer di transit hub tidak dengan reefer.
Hasil: klaim sebagian disetujui; rekomendasi: pengikatan SOP pre-cool, mandatory data logger, dan contract clause penalty untuk non-compliance.
Pembelajaran: compliance terhadap SOP cold chain harus dimonitor dengan ketat; tanggung jawab sering tersebar sehingga perlu klausul kontraktual jelas.
11. Standar, Norma, dan Etika Profesi Surveyor
Surveyor harus bekerja sesuai standar profesional, etika, dan hukum yang berlaku. Beberapa prinsip penting:
Independensi dan netralitas: laporan harus bebas dari bias atau konflik kepentingan.
Kredibilitas bukti: dokumentasi lengkap dan traceable (foto, timestamp, signatures).
Kapasitas teknis: surveyor harus menjaga kompetensi dengan pelatihan berkala, sertifikasi, dan pengalaman lapangan.
Kerahasiaan: data komersial harus dilindungi sesuai perjanjian.
Transparansi biaya: biaya survey, scope, dan disclaimers harus disepakati sebelum mobilisasi.
Etika ini menjadi dasar kepercayaan antara surveyor dan pemangku kepentingan.
12. Tantangan dan Batasan dalam Praktik Surveyor Kargo
Walaupun peran penting, surveyor menghadapi beberapa keterbatasan:
Keterbatasan Bukti
Kadang bukti fisik sudah hilang (packing dibuang) atau barang sudah diproses sehingga susah menilai akar penyebab.
Akses dan Izin
Akses ke lokasi (port, restricted area) memerlukan izin; keterlambatan dapat memengaruhi hasil survey.
Resource Constraints
Keterbatasan peralatan canggih atau spesialis lokal untuk barang tertentu dapat menunda analisis.
Perbedaan Standar Penilaian
Pihak berbeda (carrier, insurer, shipper) memiliki interpretasi berbeda terhadap temuan teknis; peran surveyor adalah menegaskan faktualitas, namun keputusan akhir klaim melibatkan negosiasi.
Mengetahui batasan ini membantu mempersiapkan langkah mitigasi, seperti pre-shipment documentation dan rapid mobilization protocol.
13. Biaya Survey dan Model Penagihan
Surveyor biasanya mengenakan biaya berdasarkan jenis survey dan mobilisasi. Model umum:
Flat fee per survey: untuk inspeksi standar (pre-shipment, arrival).
Hourly rate: untuk investigasi kompleks atau on-site extended.
Mobilization & travel costs: bila lokasi jauh atau memerlukan transport khusus.
Specialist fees: bila diperlukan lab test atau specialist third-party.
Transparansi biaya dan scope wajib disepakati sebelum pekerjaan supaya tidak terjadi dispute later.
14. Bagaimana Memilih Surveyor yang Tepat: Kriteria Praktis
Untuk memilih surveyor, pertimbangkan hal berikut:
Reputasi & track record: referensi dari insurer atau broker.
Spesialisasi barang: pastikan pengalaman di tipe cargo yang Anda kirim.
Kemampuan mobilisasi cepat: response time penting untuk klaim.
Kelengkapan peralatan & akses lab: untuk kasus yang butuh pengujian.
Transparansi harga & prosedur pelaporan.
Sertifikasi profesional dan membership asosiasi (jika ada di negara bersangkutan).
Memilih mitra surveyor yang tepat mengurangi risiko biaya tersembunyi dan mempercepat penyelesaian sengketa.
15. Template Praktis: Checklist Survey Pra-Pengiriman (Printable)
Gunakan checklist ini sebelum meminta survey pre-shipment.
Nomor referensi shipment (AWB/B/L).
Deskripsi barang & jumlah per pack.
Foto kondisi barang & packing (3 sisi).
Kondisi pallet & strapping.
Seal number dan dokumentasi seal.
Data logger (jika cold chain) diaktifkan & baseline dicatat.
MSDS untuk bahan berbahaya tersedia.
VGM / weight verification dilakukan dan dicatat.
Label handling / orientation labels terpasang.
Dokumen ekspor (invoice, COO, permit) terlampir.
Tanda tangan shipper & waktu inspeksi.
Checklist ini memudahkan surveyor dan mengurangi resiko klaim ditolak karena bukti kelengkapan kurang.
16. Tips Praktis untuk Shipper dan Forwarder agar Bekerja Efektif dengan Surveyor
Informasikan scope survey secara jelas saat instruksi.
Siapkan dokumen digital sebelum kedatangan surveyor.
Jaga kerapihan area inspeksi agar surveyor bisa bergerak cepat.
Simpan bukti pre-shipment (foto, sealing record).
Komunikasikan kontrak asuransi beserta limit dan exclusions.
Negotiation: gunakan surveyor independen yang diakui kedua belah pihak untuk mengurangi sengketa.
Pendekatan proaktif menghemat waktu dan biaya.
17. Masa Depan Profesi Surveyor Kargo: Tren yang Perlu Diwaspadai
Profesi surveyor akan terus beradaptasi: peningkatan kebutuhan untuk ahli cold chain, inspeksi DG, dan kemampuan analitik data. Surveyor yang menggabungkan kompetensi teknis, dokumentasi forensik, dan kemampuan koordinasi cepat akan lebih banyak dibutuhkan. Selain itu, integrasi bukti digital (foto timestamp, data logger export) akan menjadi standar minimal dalam proses klaim.
18. Penutup — Surveyor Kargo sebagai Penjamin Keberlanjutan Rantai Logistik
Surveyor kargo bukan sekadar pemeriksa akhir; mereka adalah mitra strategis untuk mengurangi risiko, meningkatkan kualitas packing, dan mempercepat klaim sehingga bisnis tetap lancar. Dengan laporan yang terstruktur, teknik inspeksi yang tepat, dan pengetahuan hukum yang memadai, surveyor membantu semua pihak memahami apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan untuk mencegah pengulangan.
Siap mengirimkan kargo Anda? Kirimkan melalui Hasta Buana Raya untuk solusi logistik yang andal dan aman!
👉 Hubungi 📱 +62-822-5840-1230 (WhatsApp/Telepon) untuk informasi lebih lanjut dan solusi pengiriman terbaik!
Digital Marketing
Selasa, 07 Oktober 2025 10:00 WIB
Kami menyediakan layanan pengiriman udara yang aman, nyaman, dan terjangkau dari seluruh Indonesia. Layanan prioritas kami meliputi:
Pengiriman barang melalui udara (Pesawat Kargo, Sewa, dan Penerbangan Khusus)
Metode Pengiriman yang berbeda (Bandara ke Bandara , Gudang ke Gudang , dan Bandara ke Gudang)
Gudang dan Distribusi
Kontak
Bantuan
© 2024. Semua hak cipta dilindungi.


+62-811-9778-889





