Peran Transfer Manifest dalam Proses Transit Kargo Antar Maskapai dalam Pengiriman Barang

Pelajari peran krusial transfer manifest dalam transit kargo antar maskapai: pengertian, alur operasional, isi dan struktur data, implikasi bea-cukai, koordinasi antar-pihak (airline, handling, freight forwarder), tantangan umum, mitigasi risiko, contoh template manifest transfer, indikator performa, serta checklist operasional yang bisa langsung dipakai dalam Pengiriman Barang

Digital Marketing

12/6/20259 min baca

blue and black utility truck on gray concrete road during daytime
blue and black utility truck on gray concrete road during daytime

Pendahuluan — Mengapa Transfer Manifest Penting?

Dalam dunia kargo udara, perpindahan barang dari satu maskapai ke maskapai lain—yang biasa disebut interline atau inter-carrier transfer—adalah kegiatan sehari-hari yang memungkinkan kargo menjangkau tujuan akhir melalui jaringan penerbangan global. Agar proses ini berlangsung lancar, aman, dan patuh regulasi, diperlukan dokumen yang jelas dan terstruktur. Salah satu dokumen paling vital adalah transfer manifest.

Transfer manifest bukan hanya sekadar daftar barang; ia adalah instrumen operasi, administrasi, dan legal yang menghubungkan pergerakan fisik kargo dengan kewajiban administratif seperti permintaan space, penyusunan stowage, klaim asuransi, serta kepentingan penerbitan dokumen bea cukai di negara transit dan tujuan. Tanpa transfer manifest yang akurat, risiko delay, salah muat, penahanan oleh otoritas, atau klaim kerugian bisa melonjak.

Artikel ini mengupas tuntas transfer manifest: dari pengertian dasar sampai contoh template lengkap, serta praktik terbaik untuk menerapkannya di lingkungan transit kargo antar maskapai dalam Pengiriman Barang

1. Apa itu Transfer Manifest? Pengertian dan Fungsi Utama

Transfer manifest adalah dokumen ringkasan yang mencatat seluruh muatan yang berpindah dari satu maskapai ke maskapai lain pada proses transit di sebuah bandara. Manifest ini bisa berupa dokumen fisik atau file elektronik, dan biasanya melengkapi dokumen lain seperti master airway bill (MAWB) dan house airway bill (HAWB).

Fungsi utama transfer manifest:

  1. Identifikasi muatan: mencatat AWB, jumlah koli, berat, dimensi, sifat barang (mis. refrigerate, dangerous goods), serta consignee/shipper.

  2. Koordinasi penanganan: membantu ground handling, loader, dan load planner untuk menyiapkan pemindahan fisik (transport, storage, loading).

  3. Rekonsiliasi operasional: menyelaraskan data antara maskapai asal dan maskapai lanjutan (carriers), serta memastikan setiap unit muatan memiliki rujukan dokumenter.

  4. Dasar bea cukai dan keamanan: memasok data untuk manifest customs yang dibutuhkan selama proses transit dan untuk keperluan security screening.

  5. Penanganan klaim & audit: menjadi bukti perjalanan muatan sepanjang rantai pengangkutan, yang berguna saat klaim kerusakan atau pemeriksaan audit.

2. Transfer Manifest vs. Airway Bill vs. Cargo Manifest — Perbedaan & Hubungan

Seringkali istilah dokumen kargo membingungkan. Berikut perbandingan singkat agar jelas:

  • Airway Bill (AWB): dokumen kontrak pengangkutan antara shipper dan carrier. Ada jenis MAWB (dikeluarkan carrier) dan HAWB (dikeluarkan freight forwarder). AWB merinci isi kiriman tertentu.

  • Cargo Manifest (Flight Manifest): daftar lengkap semua AWB yang dimuat pada satu penerbangan (flight). Digunakan untuk memberikan gambaran muatan suatu pesawat tertentu.

  • Transfer Manifest: daftar subset muatan—khusus yang ditransfer dari satu maskapai/penerbangan ke maskapai/penerbangan lain pada saat transit. Artinya, transfer manifest fokus pada barang yang pindah tangan di hub atau transit point.

Dengan demikian, transfer manifest berada di antara AWB individual dan cargo manifest flight: ia menyajikan ringkasan barang yang harus diproses secara khusus (dipindahkan) ke maskapai penerus.

3. Kapan Transfer Manifest Dibuat dan Siapa yang Mengeluarkannya?

Waktu pembuatan transfer manifest dan pihak yang bertanggung jawab bisa bervariasi tergantung model operasi bandara dan hubungan antar-maskapai:

  • Saat Arrival & Transit: Transfer manifest biasanya dibuat segera setelah kargo tiba di bandara transit, saat manifest utama (arrival manifest) sudah diterbitkan dan dokumen verifikasi selesai.

  • Pihak yang Mengeluarkan: Bisa dikeluarkan oleh airline origin, airline handler di titik transit, konsolidator, atau oleh pihak maskapai yang bertanggung jawab atas operasional ground handling di hub. Dalam praktik, ground handling agent sering bertindak sebagai penyusun awal manifest transfer karena mereka memegang data fisik kargo.

  • Distribusi: Setelah dibuat, transfer manifest didistribusikan ke maskapai lanjutan (interline partners), customs, dan stake-holders terkait (forwarder, warehouse, security).

4. Elemen Utama yang Harus Ada di Transfer Manifest

Agar berfungsi penuh, transfer manifest harus memuat data lengkap dan terstandar. Berikut elemen krusial beserta penjelasan panjangnya:

  1. Nomor Referensi Transfer (Transfer ID): nomor unik yang memudahkan tracking internal dan audit trail.

  2. Nama Bandara Transit & Kode IATA: lokasi pasti pemindahan (mis. CGK / Jakarta Soekarno-Hatta).

  3. Tanggal & Waktu Arrival kargo: penting untuk window handling dan calculating free time / storage.

  4. Flight Arrival Number (Flight ID) & Estimated Time of Arrival (ETA): identifikasi pesawat asal yang membawa kargo.

  5. Flight Departure Number (connecting flight / onward flight) & ETD: maskapai lanjutan yang akan menerima kargo.

  6. MAWB / House AWB list: daftar semua master airway bill dan house airway bill yang termasuk transfer, lengkap dengan qty koli, gross weight, measurement (m³), dan commodity description.

  7. Handling Codes / Special Instructions: keterangan refrigerate, temperature requirements, fragility, priority (e.g. priority, perishable), dan DG (dangerous goods) notes.

  8. Consignee & Notify Parties: informasi kontak jika diperlukan proses clearance atau pemberitahuan.

  9. Storage Location & Unit IDs: lokasi interim di gudang transit (block number, shelf, ULD ID untuk unit load device) agar pengambilan cepat.

  10. Customs Declaration Reference: nomor manifest yang sudah dikirim ke otoritas bea cukai, jika ada.

  11. Weight & Volume Summary: ringkasan total kilo dan m³ untuk memudahkan space allocation di pesawat lanjutan.

  12. Signature & Approval: tanda tangan atau approval elektronik dari handler yang menyusun, serta dari maskapai penerima jika diperlukan.

  13. Remarks / Incident Log: catatan insiden seperti mismatch count, damaged packaging, dan temuan lain selama arrival inspection.

Setiap elemen harus ditulis jelas dan bebas ambiguitas. Kesalahan ejaan AWB atau salah satu angka berat dapat menyebabkan delay atau salah muat.

5. Alur Kerja (Workflow) Transfer Manifest dalam Proses Transit

Mari kita uraikan alur kerja secara step-by-step sehingga tim dapat melihat gambaran operasi nyata:

Step 1 — Arrival & Unloading

Pesawat asal tiba. Kargo diturunkan dan dibawa ke cargo apron atau warehouse. Ground handler melakukan arrival count dan initial inspection.

Step 2 — Reconciliation dengan Flight Manifest

Handler mencocokkan AWB fisik di gudang dengan data flight manifest yang dikirim oleh airline asal. Perbedaan segera dicatat.

Step 3 — Penyusunan Transfer Manifest

Dari AWB yang ada, handler menentukan barang yang harus dialihkan ke penerbangan lanjutan (onward). Data AWB, qty, berat, measurement, special handling dimasukkan ke transfer manifest.

Step 4 — Verifikasi DG & Special Handling

Jika ada DG, unit reefer, atau fragile items, handler menyiapkan dokumen tambahan (DG declaration, temperature log). Kargo prioritas ditandai agar diproses cepat.

Step 5 — Transmisi ke Maskapai Onward & Customs

Transfer manifest dikirim ke maskapai penerus (interline partner) untuk konfirmasi space dan stowage plan. Jika perlu, data juga dikirim ke bea cukai untuk manifest transit/transfer purpose.

Step 6 — Scheduling Pickup & Loading

Ground transport dan ULD management direncanakan: ULD apa yang dipakai, siapa loader, kapan loading window. Kargo dibawa ke holding area yang sesuai.

Step 7 — Loading ke Pesawat Onward

Setelah semua disetujui, kargo dimuat ke pesawat lanjutan sesuai stowage plan. Transfer manifest ditandatangani pada bagian ‘transferred’ untuk rekonsiliasi.

Step 8 — Final Reconciliation & Archive

Handler menyimpan tanda terima dan manifest yang sudah diupdate (jumlah final, remarks). Salinan dikirim ke stakeholder dan diarsipkan untuk audit serta keperluan klaim jika terjadi sesuatu.

Workflow ini menuntut koordinasi cepat antar-tim: ops apron, warehousing, documentation, customer service, maskapai lanjutan, dan customs.

6. Peran Sistem Elektronik & Standardisasi Data

Di masa modern, transfer manifest kian sering disampaikan melalui sistem elektronik terintegrasi. Beberapa keuntungan sistem ektronik:

  • Kecepatan transmisi & update real-time: data yang keliru bisa cepat terdeteksi dan dikoreksi.

  • Integrasi dengan warehouse management dan ULD tracking: meminimalkan kesalahan lokasi & percepatan proses pick-and-load.

  • Audit trail otomatis: setiap perubahan tercatat sehingga memudahkan investigasi klaim.

  • Template standar (EDIFACT / XML): memungkinkan pertukaran data otomatis antar maskapai/handler/forwarder.

Standarisasi format data (kolom wajib, format tanggal, pengkodean handling codes) meminimalkan miskomunikasi. Bandara besar biasanya memiliki portal atau API untuk menerima transfer manifest elektronik.

7. Interaksi Transfer Manifest dengan Bea Cukai & Keamanan

Transfer manifest biasanya memainkan peran penting pada dua ranah pemerintahan: bea cukai dan security.

Bea Cukai

  • Transit & transshipment: bea cukai membutuhkan informasi manifest untuk tujuan transit (kargo hanya melewati negara tanpa masuk pasar lokal). Transfer manifest menyediakan daftar barang yang akan dilanjutkan sehingga otoritas dapat memutuskan apakah kargo perlu dilakukan pemeriksaan fisik atau izin transit tertentu.

  • Dokumen pelengkap clearance: pada beberapa yurisdiksi, transfer manifest harus dilampirkan pada dokumen manifest transit resmi yang diajukan ke customs.

Security

  • Screening & chain of custody: transfer manifest menjadi acuan barang yang sudah melewati screening X-ray atau search; jika ternyata ada barang yang belum discreening, manifest memicu tindakan security.

  • Watchlist & restricted cargo: jika AWB mengandung item yang masuk daftar pantauan, transfer manifest mempercepat identifikasi dan pengambilan keputusan oleh security.

Kegagalan sinkronisasi antara transfer manifest dan data yang dikirim ke bea cukai dapat mengakibatkan cargo hold, denda, atau penahanan barang.

8. Tantangan Umum dalam Pengelolaan Transfer Manifest

Proses yang tampak sederhana ini memiliki banyak titik rentan. Berikut tantangan yang sering muncul:

8.1 Ketidakakuratan Data AWB

Kesalahan pengetikan nomor AWB, berat, atau jumlah koli menyebabkan mismatch dan penundaan. Hal ini sering terjadi saat data diinput manual.

Solusi: gunakan scanning barcode/QR untuk capture AWB.

8.2 Late Arrival & Short Connection Time

Ketika pesawat asal terlambat dan connecting flight tinggal sedikit waktu, handler harus cepat menyusun transfer manifest dan memindahkan kargo. Deadline ketat meningkatkan risiko human error.

Solusi: prioritization matrix, crew on standby, dan penggunaan fast-track lanes.

8.3 Komunikasi Antar-Maskapai & Handler yang Terfragmentasi

Berbagai pihak menggunakan format data berbeda sehingga terjadi miskomunikasi.

Solusi: standar exchange format dan portal terpusat di bandara.

8.4 Handling DG & Special Cargo

Benda berbahaya, barang suhu terkendali, dan oversized cargo memerlukan penanganan terpisah, yang menambah kompleksitas input manifest.

Solusi: training spesifik, checklist DG, dan SOP temperature control.

8.5 Kapasitas Gudang & ULD Management

Keterbatasan ruang penyimpanan ULD dan forklift dapat menghambat proses transfer.

Solusi: real-time ULD tracking, dynamic slotting, dan improved resource planning.

9. Praktik Terbaik (Best Practices) dalam Menyusun & Mengelola Transfer Manifest

Berikut kumpulan praktik terbaik berdasarkan pengalaman operasional:

  1. Gunakan scanning barcode untuk input AWB agar minim human error.

  2. Standarkan format manifest (mis. kolom wajib, units, satuan) di seluruh stakeholder.

  3. Implementasikan approval workflow: manifest draft → verifikasi → finalisasi → distribusi.

  4. Laporkan status secara real-time ke maskapai lanjutan agar mereka bisa mengalokasikan space dan menyiapkan stowage plan.

  5. Prioritaskan kargo sensitif (perishable, priority) dalam manifest dan physical tagging.

  6. Sertakan contingency notes: rencana fallback jika connecting flight tidak tersedia.

  7. Integrasikan manifest dengan WMS dan ULD management systems untuk link lokasi fisik kargo.

  8. Simpan log perubahan: siapa yang mengubah apa dan kapan — untuk audit dan klaim.

  9. Lakukan training berkala kepada staff documentation & ops untuk pemahaman handling codes.

  10. Buat template manifest yang mudah dibaca — ringkas, dengan highlight untuk special handling.

Praktik ini menurunkan kesalahan, mempercepat pemrosesan, dan meningkatkan transparansi antar-pihak.

10. Contoh Template Transfer Manifest (Printable / Copy-Paste Ready)

Di bawah ini contoh template transfer manifest yang bisa diadaptasi. Gunakan format tabel dalam dokumen elektronik (Excel) atau sistem WMS.

Header:

  • Transfer Manifest ID: TM-2025-XXXXX

  • Bandara Transit (IATA): CGK

  • Arrival Flight No / Date / Time: GA543 / 2025-12-02 / 08:20

  • Onward Flight No / Date / Time: SQ123 / 2025-12-02 / 12:35

  • Handler Preparing Manifest: PT. CargoHandler Indonesia

  • Prepared By / Contact: Nama, Ext, Email

Footer:

  • Total Koli: XX | Total GW: XXXX kg | Total m³: XX.X

  • Verified by (Handler): [Signature / E-sign] — Name & Date

  • Acknowledged by (Receiving Carrier): [Signature / E-sign] — Name & Date

  • Notes: (list of exceptions / damages found / DG checks)

Gunakan versi digital agar mudah dibagikan ke pihak lain.

11. Studi Kasus Ringkas: Transfer Manifest yang Gagal & Pelajaran

Kasus: Salah Input AWB → Delay Besar

Sebuah konsolidasi LCL tiba di hub. Handler memasukkan AWB nomor dengan digit terbalik di transfer manifest sehingga maskapai penerus tidak dapat mengidentifikasi kargo. Akibatnya, kargo tertahan lebih dari 12 jam, menyebabkan spoilage pada barang perishable.

Pelajaran: scanning AWB dan double-check saat entry menghindari human error fatal.

Kasus: DG Tidak Tercatat di Transfer Manifest

Sebuah AWB berisi baterai dan beberapa bahan kimia ringan tidak diberi flag DG di transfer manifest. Saat pemeriksaan security, ditemukan indikasi bahaya sehingga terjadi pemeriksaan mendalam dan delay.

Pelajaran: integrasikan checks untuk item DG; mandatory field DG flag dalam sistem entry.

12. KPI (Key Performance Indicators) untuk Transfer Manifest & Transit Operations

Untuk mengukur kinerja dan kontinu improvement, monitor KPI berikut:

  • Manifest Accuracy Rate (%): persentase transfer manifest tanpa data mismatch terhadap AWB asli. Target > 99%.

  • Transfer Turnaround Time (TAT): waktu dari arrival manifest final sampai kargo loaded on onward flight. Target bervariasi (ideal < 180 menit untuk short connection).

  • DG Error Rate (%): persentase kasus DG tidak ditandai atau salah. Target < 0.1%.

  • On-time Interline Transfer Rate (%): persentase kargo yang tiba di pesawat onward sesuai schedule.

  • Incidents per 1,000 transfers: jumlah insiden (damage, loss) skala per 1,000 transfer.

Pantau KPI harian/mingguan dan lakukan root cause analysis jika ada trend negatif.

13. Regulasi & Kepatuhan yang Perlu Diperhatikan

Meskipun transfer manifest adalah dokumen operasi, beberapa regulasi memengaruhi isinya:

  • Regulation on Dangerous Goods: barang berbahaya harus dideklarasikan lengkap, dan DG codes wajib tercantum di manifest.

  • Customs Transit Rules: beberapa negara mengharuskan manifest transit specific submission; transfer manifest harus konsisten dengan data yang dikirim ke customs.

  • Security Screening Requirements: otoritas aviation security mungkin mensyaratkan bukti bahwa cargo telah discreening; transfer manifest harus mencatat status screening.

  • Data Privacy & Sharing Rules: ketika membagikan manifest ke pihak ketiga, pastikan mematuhi regulasi perlindungan data jika berlaku.

Handler wajib memperbarui knowledge tentang regulasi lokal agar manifest memadai untuk keperluan kepatuhan.

14. Peran Freight Forwarder & Konsolidator dalam Proses Transfer Manifest

Freight forwarder dan konsolidator tidak hanya pengirim dokumen; mereka sebagai principal memiliki peran aktif:

  • Memberi informasi AWB yang akurat: forwarder harus menyerahkan data AWB saat pickup sehingga handler bisa merencanakan transfer.

  • Berkoordinasi untuk rute alternatif: jika connecting flight batal, forwarder berperan mencari opsi lain (alternative carriers, routings).

  • Memberi instruksi khusus: cold chain requirements, special packaging notes, atau pencabutan instruksi jika perlu.

  • Mengurus klaim & komunikasi pelanggan: jika transfer gagal atau terjadi kerusakan, forwarder menjadi penghubung utama.

Kolaborasi erat antara forwarder dan handler mempercepat proses dan menambah ketahanan operasional.

15. Checklist Operasional Transfer Manifest — Siap Pakai

Gunakan checklist berikut sebelum finalisasi transfer manifest:

  • Semua AWB ter-scan & tercapture via barcode.

  • Periksa kolom special handling (FRZ, PRIO, DG) terisi lengkap.

  • Verifikasi jumlah koli & berat fisik match dengan AWB.

  • Tandai items yang memerlukan ULD spesifik (pallet, container).

  • Pastikan storage location ditulis jelas.

  • Kirim manifest draft ke receiving carrier untuk konfirmasi space.

  • Jika DG ada, lampirkan dokument DG & clearance checklist.

  • Minta tanda terima/acknowledgement dari receiving carrier.

  • Simpan audit trail & foto kondisi barang bila perlu.

  • Update WMS/ULD system dengan status terakhir.

Checklist ini mengurangi masalah on-ground dan mempercepat pengambilan keputusan.

16. Rekomendasi Implementasi & Roadmap Teknologi Sederhana

Bila ingin meningkatkan kualitas manajemen transfer manifest, langkah terstruktur berikut direkomendasikan:

  1. Audit proses saat ini: identifikasi titik error terbanyak.

  2. Implementasikan scanning barcode untuk AWB: investasi rendah, efek besar.

  3. Standardisasi template manifest di seluruh stakeholder.

  4. Integrasi WMS dengan sistem airlines/handlers (file exchange API/portals).

  5. Training intensif untuk staff documentation & ops.

  6. Monitoring KPI dan continuous improvement — weekly review dan corrective actions.

  7. Pertimbangkan electronic transfer manifest (XML/EDIFACT) untuk otomatisasi jika volume tinggi.

Langkah-langkah ini meningkatkan efisiensi operasional tanpa perlu perubahan besar sekaligus.

17. Penutup — Transfer Manifest sebagai Tulang Punggung Transit Kargo Antar Maskapai

Transfer manifest mungkin terlihat sebagai dokumen administratif, namun perannya sungguh mendasar dalam menjaga kesinambungan rantai pasok udara. Ia menghubungkan dunia fisik (box, pallet, ULD) dengan dunia data (AWB, customs, DG), menjamin barang berpindah tangan secara aman, cepat, dan patuh aturan.

Siap mengirimkan kargo Anda? Kirimkan melalui Hasta Buana Raya untuk solusi logistik yang andal dan aman!
👉 Hubungi 📱 +62-822-5840-1230 (WhatsApp/Telepon) untuk informasi lebih lanjut dan solusi pengiriman terbaik!