Membandingkan Pengiriman FCL vs. LCL dalam Pengiriman Barang via Laut
Pelajari perbedaan FCL vs LCL secara mendalam: definisi, keuntungan & kekurangan, perhitungan biaya total (all-in), aspek operasional (stuffing, consolidation, VGM), risiko, dokumentasi, kapan pilih FCL atau LCL, studi kasus, checklist keputusan praktis, dan template perhitungan dalam Pengiriman Barang
Digital Marketing
11/13/20257 min baca
Pendahuluan — Kenapa Perbandingan ini Penting?
Dalam pengiriman laut, dua istilah yang selalu dibahas adalah FCL (Full Container Load) dan LCL (Less than Container Load). Pilihan antara FCL dan LCL memengaruhi biaya, waktu transit, risiko kerusakan, kesederhanaan dokumentasi, dan kepatuhan terhadap peraturan pelayaran. Bagi perusahaan yang sering mengirim barang, memahami perbedaan ini bukan sekadar soal tarif per TEU atau per CBM — melainkan soal total landed cost, kecepatan rantai pasok, dan pengalaman pelanggan akhir.
Artikel ini memberikan gambaran menyeluruh, mulai definisi teknis, perhitungan biaya komprehensif, prosedur operasional, risiko, alternatif, hingga panduan praktis memilih opsi terbaik dalam Pengiriman Barang.
Bagian 1 — Definisi & Konsep Dasar
Apa itu FCL (Full Container Load)?
FCL berarti satu kontainer diisi oleh satu pengirim. Kontainer tidak dibuka untuk konsolidasi oleh pihak lain selama pengiriman (kecuali untuk pemeriksaan/inspeksi pihak berwenang). FCL umumnya di-book untuk 20’ GP, 40’ GP, 40’ HC, atau 45’ kontainer.
Karakteristik utama FCL:
Kontainer dipakai penuh oleh satu pengirim (shipper).
Tidak ada pemindahan muatan antar pengirim di CFS (Container Freight Station).
Biasanya lebih aman (lebih sedikit handling) dan lebih cepat (tidak ada proses konsolidasi/deconsolidation).
Cocok untuk volume yang dapat mengisi setidaknya sebagian besar kontainer (rule of thumb: > 14–16 CBM untuk 20’, > 26–28 CBM untuk 40’ tergantung tarif).
Apa itu LCL (Less than Container Load)?
LCL adalah pengiriman yang volumenya lebih kecil dari kontainer penuh sehingga beberapa kiriman dari shipper berbeda digabung (consolidated) ke dalam satu kontainer oleh freight forwarder atau CFS operator.
Karakteristik utama LCL:
Beberapa shipper men-share satu kontainer (consolidation).
Dikelola melalui CFS untuk stuffing (origin) dan stripping (destination).
Cocok untuk pengirim dengan volume kecil, sampel, pengiriman berkala kecil, atau pengiriman yang tidak mendesak.
Biaya sering dihitung per CBM (cubic meter) atau per berat chargeable (tergantung jenis kargo dan tarif).
Bagian 2 — Perbandingan Langsung: Keuntungan & Kekurangan
Berikut perbandingan berdasar beberapa aspek penting.
1. Biaya (Tarif)
FCL: tarif dasar ocean freight biasanya flat per kontainer (per 20’/40’). Untuk volume besar, FCL sering lebih hemat per CBM/ton karena tarif kontainer tetap. Namun ada biaya tambahan: terminal handling charges, origin/destination haulage/drayage, THC, documentation, CA/ISPS, DO, seal, VGM jika berlaku.
LCL: tarif biasanya per CBM (atau minimum charge per HAWB). Ada biaya handling di CFS untuk stuffing/stripping, consolidation fee, and deconsolidation fee. Untuk volume kecil, LCL lebih murah. Namun jika volume mendekati kapasitas kontainer, LCL menjadi relatif mahal.
Intinya: break-even point tergantung rute, tarif kontainer, dan biaya handling CFS. Secara kasar, bila pengiriman mencapai ~15–20 CBM untuk 20’ kontainer, FCL cenderung lebih murah—tetapi angka pasti harus dihitung berdasarkan rate card masing-masing carrier dan port.
2. Waktu & Transit
FCL: lebih cepat secara total karena tidak perlu proses consolidation/deconsolidation. Gate-in ke port → loading → on-board → discharge → delivery. Risiko delay karena menunggu consolidation umumnya lebih kecil.
LCL: cenderung memiliki lead time tambahan di origin CFS (consolidation) dan destination CFS (stripping). Jeda lincah di CFS, jadwal departure kontainer juga tergantung jadwal konsolidasi. Karena handling ekstra, LCL biasanya lebih lambat.
3. Risiko Kerusakan & Kontaminasi
FCL: lebih sedikit handling, jadi lebih rendah risiko kerusakan dan kontaminasi silang antar kiriman.
LCL: barang digabung dengan kiriman lain → lebih banyak handling → risiko kerusakan, salah komoditas, dan kontaminasi lebih tinggi. Packing dan unitisasi yang baik mengurangi risiko ini.
4. Kompleksitas Dokumentasi & Tracking
FCL: satu MAWB/BL per kontainer; lebih simpel untuk klaim dan dokumentasi.
LCL: banyak HAWB (house AWB/B/L) per MAWB; complexity meningkat—tracking dan reconciliation memerlukan koordinasi antara forwarder, CFS, dan consignee.
5. Keamanan & Kontrol
FCL: shipper memiliki kontrol penuh atas seal dan lock; akses lebih terbatas.
LCL: packing & unpacking oleh CFS; orang ketiga melakukan stuffing → bawaan kontrol pihak lain.
6. Persyaratan VGM & Stuffing
FCL: shipper bertanggung jawab VGM untuk container (Verified Gross Mass) — bisa ditimbang di weighbridge.
LCL: forwarder/CFS biasanya yang mengurus VGM, tapi data berat tiap house shipment harus akurat agar VGM benar.
Bagian 3 — Perhitungan Biaya Komprehensif (All-in Total Cost)
Untuk memutuskan FCL vs LCL tidak cukup melihat tarif dasar saja. Kita harus menghitung Total Landed Cost (TLC) yang mencakup semua biaya sampai barang ready to deliver. Berikut komponen biaya tipikal dan contoh cara menghitung (format template).
Komponen biaya yang harus dipertimbangkan:
Freight (ocean freight) — per kontainer (FCL) atau per CBM (LCL).
Origin charges — stuffing (FCL may require packing at shipper yard), CFS stuffing fee for LCL, documentation, export customs clearance.
Drayage / haulage (origin & destination) — biaya trucking pelabuhan ke gudang atau terminal.
Terminal Handling Charges (THC) — origin & destination port.
Bunker/peak surcharges & PSS — variabel oleh carrier.
Insurance — marine insurance premium (declared value).
Customs duty & taxes — at destination (not affected by FCL/LCL except possible valuation differences).
CFS deconsolidation fee (LCL only) & local delivery consolidation.
Container detention & demurrage — per hari jika terlambat return (FCL risk if consignee slow).
Warehouse handling & storage — dwell di CFS untuk LCL atau container yard.
Cargo handling / loading losses / repacking — biaya tak terduga.
Administrative & document handling fees — per HAWB processing (LCL multiplies fees).
Contoh template perhitungan sederhana (angka ilustratif — sebaiknya konversi ke IDR sesuai kurs lokal):
FCL 20’:
Ocean freight: Rp X per 20’
Origin drayage: Rp A
Origin THC: Rp B
Destination THC: Rp C
Destination drayage: Rp D
VGM & seal: Rp E
Insurance: Rp F
Total FCL = X + A + B + C + D + E + F
LCL – volume Y CBM (misal 10 CBM):
Ocean freight: Rp rate_per_CBM × 10
CFS stuffing fee: Rp G
CFS deconsolidation: Rp H
Origin & dest drayage: Rp A’ + D’
Import clearance & doc: Rp I
Insurance: Rp F’ (prorata)
Total LCL = (rateCBM × 10) + G + H + A’ + D’ + I + F’
Bandingkan Total FCL vs Total LCL. Jangan lupa untuk memasukkan intangible costs: lead time, risk premium (potensi damage), dan kemungkinan demurrage/detention jika consignee tidak cepat.
Bagian 4 — Faktor Penentu Pilihan: Checklist Keputusan
Gunakan checklist berikut untuk membantu memutuskan FCL atau LCL.
Volume / CBM per shipment
threshold TEUS? pilih FCL.
< threshold? hitung LCL.
Frekuensi pengiriman
Pengiriman rutin kecil → LCL konsolidasi periodik bisa efisien.
Pengiriman berkala besar → FCL kontrak bisa lebih murah.
Urgency (lead time & schedule)
Butuh cepat & predictable → FCL.
Bisa menunggu konsolidasi → LCL oke.
Nilai & fragility barang
High-value / sensitive → FCL lebih aman.
Low-value, robust → LCL acceptable.
Packing & unitization feasibility
Bisa unitize dalam pallet dan mudah konsolidasi → LCL viable.
Jika perlu special packing/dunnage → FCL recommended.
Customs & import complexity
Banyak HAWB berarti banyak clearance tasks → overhead admin LCL lebih tinggi.
Storage capability consignee
Jika consignee lambat ambil, FCL bisa menyebabkan detention; LCL bisa meminimalkan risiko ini (karena cargo disimpan di CFS dan release per HAWB).
Seasonality & predictability
Musiman yang fluktuatif → LCL lebih fleksibel.
Volume stabil tinggi → FCL kontrak preferable.
Route & carrier options
Beberapa rute memiliki rate FCL sangat kompetitif; fetch quotes.
Insurance & claims history
Jika klaim historis tinggi untuk handling multiple touches → FCL mengurangi handling → potensi klaim turun.
Bagian 5 — Prosedur Operasional: Apa yang Terjadi di Lapangan?
FCL — Alur operasional singkat:
Booking container slot dengan carrier.
Pengiriman kontainer ke lokasi shipper atau shipper melakukan stuffing di yard.
Shippping line/agent menerima kontainer, issue B/L (MAWB/MB/L).
Kontainer masuk pelabuhan (gate-in), melewati proses terminal & security.
Muat ke vessel → sailing → discharge → pickup/return kontainer setelah import clear.
Consignee pickup & return empty container.
Catatan: VGM harus disampaikan sesuai aturan SOLAS sebelum cut-off.
LCL — Alur operasional singkat:
Shipper menyerahkan barang ke CFS dengan HAWB dan instruksi.
Forwarder/CFS mengumpulkan HAWB, melakukan stuffing ke container (consolidation).
MAWB/MBL dikeluarkan atas nama forwarder.
Container masuk ke vessel → sailing → discharge.
Kontainer diserahkan ke destination CFS → stripping (deconsolidation).
HAWB digabung untuk release; consignee melakukan clearance & pickup.
Catatan: waktu di CFS (both sides) memengaruhi lead time. Selain itu, koordinasi penandaan, packing list, dan dokumen semua house shipment harus akurat untuk mempercepat proses.
Bagian 6 — Risiko & Manajemen Risiko
Risiko khas LCL:
Damage & contamination akibat banyak handling. Mitigasi: packing yang kuat, stretch wrap, palletize, dan insurance.
Miskomunikasi & mislabeling → strict labeling & barcode scanning di CFS.
Delay karena consolidation → SLA dengan forwarder & booking slot.
Shortage/mis-pick → photo evidence saat stuffing & stripping, double-check HAWB count.
Risiko khas FCL:
Demurrage / detention bila kontainer lama tidak dikembalikan. Mitigasi: pre-arranged pickup window, tracking ETA, dan koordinasi trucking.
Under-utilized capacity jika kontainer tidak terisi penuh → biaya per CBM tinggi. Mitigasi: backhaul optimization, groupage dengan kontrak jangka panjang, atau joint-shipment dengan mitra.
Asuransi & klaim:
Pastikan polis mencakup handling exposure (warehouse to warehouse). Untuk LCL, periksa extent of coverage untuk consolidated shipments (klaim bisa rumit karena multiple consignors).
Bagian 7 — Dokumentasi & Kepatuhan
Dokumen penting untuk kedua mode:
Commercial Invoice
Packing List
Bill of Lading (MAWB/MBL untuk FCL; MBL + HAWB untuk LCL)
Certificate of Origin (jika perlu)
Insurance Certificate
Phytosanitary/Fumigation certificate (jika wood packaging)
Dangerous Goods Declaration (jika DG)
Perbedaan utama dokumentasi:
LCL memerlukan HAWB (house bill) untuk tiap shipper; forwarder mengeluarkan MAWB ke carrier yang merepresentasikan keseluruhan consolidated container.
FCL: satu B/L per kontainer (lebih sederhana).
Patuhi ISPM-15 jika menggunakan wooden pallets/crates untuk ekspor.
Bagian 8 — Studi Kasus & Contoh Perhitungan
Studi Kasus A — Shipper UK → Indonesia, Volume 18 CBM per shipment
Opsi 1: FCL 20’ biaya ocean freight: Rp XX per kontainer. Total all-in (drayage, THC, delivery) = Rp A. Per CBM = A / 18.
Opsi 2: LCL with rate per CBM Rp Y. Total all-in (including CFS fees) = Rp B. Per CBM = B / 18.
Hasil: perhitungan menunjukkan bahwa untuk 18 CBM, FCL lebih ekonomis jika per-cont freigh X small relative, namun pada rute tertentu LCL dengan rate murah tetap bisa bersaing—ini bergantung besar pada rate card aktual.
Studi Kasus B — Retailer ecommerce: banyak shipments kecil (1–3 CBM) ke banyak consignee
LCL pooling di origin untuk delivery ke single destination hub (mis. regional DC) lalu last-mile trucking.
Kelebihan: minim modal penyimpanan & fleksibel; Kelemahan: lebih lambat.
Pelajaran: selalu lakukan per-shipment TLC calculation. Jangan hanya melihat tarif per CBM; masukkan risiko, lead time cost, dan inventory holding cost.
Bagian 9 — Decision Matrix Praktis
Gunakan matriks ini untuk rekomendasi cepat:
KriteriaRekomendasiVolume > 15–20 CBM / per shipmentFCLVolume < 5 CBM & urgency rendahLCLHigh-value / fragile / DGFCLRegular small shipments / frequent ordersLCL (jika cost-effective) atau gunakan warehousing + consolidationFast transit requiredFCLConsignee slow to pickupLCL lebih aman (CFS menahan)Need predictable scheduleFCL (jika slot pasti)Seasonal / fluctuating volumeLCL agile; atau FCL contract with flexible terms
Bagian 10 — Best Practices & Tips Negosiasi
Hitung break-even point: buat template TLC dan masukkan semua biaya variable & fixed.
Negosiasikan FCL contract rates untuk volume reguler — sering dapat diskon.
Tingkatkan packaging untuk LCL: gunakan pallet, closing & shrink wrap untuk kurangi risk.
Gunakan EDI / tracking untuk visibility LCL.
Koordinasi VGM & gate-in: hindari cut-off miss.
Pilih CFS partner berpengalaman: kualitas stuffing/stripping menentukan experience LCL.
Perhatikan incoterms: FOB/CIF/DDP mempengaruhi siapa bayar freight/destination charges.
Pertimbangkan hub consolidation: untuk banyak kiriman kecil dari satu region, buat consolidation hub di origin agar dapat FCL per minggu.
Bagian 11 — Checklist Siap Pakai (Untuk Shipper & Forwarder)
Sebelum Booking
Hitung volume & berat; ambil keputusan FCL/LCL berdasarkan TLC.
Pastikan packaging memenuhi standar shipping (ISPM-15 untuk kayu).
Konfirmasi cut-off & ETA vessel, availability slot.
Pastikan dokumentasi lengkap.
Jika Memilih FCL
Pilih ukuran kontainer (20’/40’/40’HC/45’).
Schedule stuffing window & weighbridge VGM.
Persiapkan seal & dokumentasi.
Koordinasikan trucking & empty container return.
Jika Memilih LCL
Pilih forwarder/CFS with proven consolidation track record.
Pastikan HAWB data akurat (dims, weight, HS code).
Request stuffing photo evidence & seal numbers (if applicable).
Perkirakan deconsolidation lead time and storage fees.
Bagian 12 — Template Sederhana Perhitungan Total Cost (Format Kolom untuk Excel)
Kolom saran:
Shipment ID | Mode (FCL/LCL) | Volume CBM | Ocean Freight | Origin Drayage | Origin THC | CFS Stuff/Deconsol | Destination THC | Dest Drayage | Insurance | Customs Fees | Demurrage Est. | Total All-in | Cost per CBM | Notes
Gunakan template ini untuk setiap quote dan lakukan perbandingan apples-to-apples.
Kesimpulan — Mana yang Lebih Baik? Jawaban Bergantung pada Konteks
Tidak ada jawaban tunggal. FCL lebih cocok bila Anda:
Punya volume besar yang mendekati kapasitas kontainer;
Mengirim barang bernilai tinggi, fragile, atau risco tinggi;
Butuh waktu transit yang lebih singkat dan prediktabilitas;
Ingin mengurangi jumlah handling dan klaim.
LCL lebih cocok bila Anda:
Mengirim volume kecil & tidak ingin menunggu untuk mengisi kontainer;
Perlu fleksibilitas dan tidak ingin menanggung risiko demurrage kontainer penuh;
Bersedia menerima lead time tambahan dan menggunakan packing yang baik untuk mengurangi risiko.
Keputusan terbaik lahir dari kalkulasi Total Landed Cost, analisis risiko, dan pemahaman terhadap jadwal dan kepatuhan dokumen. Lakukan perhitungan tiap rute—karena perbedaan tarif antar carrier dan rute sangat memengaruhi break-even point.
Siap mengirimkan kargo Anda? Kirimkan melalui Hasta Buana Raya untuk solusi logistik yang andal dan aman!
👉 Hubungi 📱 +62-822-5840-1230 (WhatsApp/Telepon) untuk informasi lebih lanjut dan solusi pengiriman terbaik!
Kami menyediakan layanan pengiriman udara yang aman, nyaman, dan terjangkau dari seluruh Indonesia. Layanan prioritas kami meliputi:
Pengiriman barang melalui udara (Pesawat Kargo, Sewa, dan Penerbangan Khusus)
Metode Pengiriman yang berbeda (Bandara ke Bandara , Gudang ke Gudang , dan Bandara ke Gudang)
Gudang dan Distribusi
Kontak
Bantuan
© 2024. Semua hak cipta dilindungi.


+62-811-9778-889
