Memahami Code Share dan Block Space Agreement dalam Kargo Udara

Pendahuluan — Mengapa Topik Ini Penting untuk Dunia Kargo Udara

Kargo udara bergerak cepat — barang harus tiba tepat waktu, ruang muat di pesawat terbatas, dan margin operator sering tipis. Dalam konteks itu muncul dua alat komersial yang mengubah cara ruang kargo dialokasikan dan dijual: code share dan block space agreement (BSA). Keduanya sering digunakan untuk meningkatkan jaringan, memaksimalkan utilisasi pesawat, dan memperluas jangkauan penjualan tanpa menambah armada. Namun meski sama-sama populer, keduanya berbeda mendasar dari sisi legal, komersial, operasional, dan risiko.

Artikel ini menjelaskan secara rinci kedua konsep tersebut, memperlihatkan perbedaan praktis, mengulas proses negosiasi dan implementasi, mengupas implikasi dokumen dan kepabeanan, serta memberikan panduan tindakan untuk pelaku industri: maskapai penerbangan (airlines), freight forwarder, ground handlers, agen kargo, dan pemilik barang (shippers). Tulisan ditujukan agar bisa langsung dipakai sebagai referensi operasional dan acuan negosiasi.

Definisi Ringkas: Apa itu Code Share dan Block Space Agreement?

Code Share (untuk kargo udara)

Code share pada kargo udara berarti sebuah penerbangan yang dioperasikan oleh satu maskapai (operating carrier) juga dijual sebagai layanan oleh maskapai lain (marketing carrier) di bawah kode penerbangan dan lebar layanan mereka sendiri. Dalam konteks kargo, code share memungkinkan satu operator memasarkan kapasitas kargo di rute yang dilayani mitra, sehingga memperluas jaringan penjualan tanpa menambah frekuensi penerbangan.

Contoh singkat: Maskapai A mengoperasikan pesawat dari Jakarta ke Singapura, tetapi Maskapai B menempatkan kode rute miliknya pada penerbangan tersebut sehingga pelanggan Maskapai B dapat memesan ruang kargo tanpa berurusan langsung dengan Maskapai A.

Block Space Agreement (BSA)

Block Space Agreement adalah kontrak di mana satu pihak (biasanya freight forwarder, integrator, atau maskapai lain) menyewa sejumlah ruang kargo (sejumlah CBM atau ton) pada rute tertentu dalam periode waktu tertentu dari operating carrier. Sebagai imbalan, pihak penyerah ruang membayar tarif tetap atau persentase, dan penyewa bertanggung jawab menjual kembali ruang tersebut ke shipper atau menggunakan sendiri.

BSA sering berupa perjanjian jangka menengah hingga panjang (per bulan, per triwulan) dan bisa mengandung klausul minimum guaranteed, pembagian pendapatan, penalti untuk pemakaian di bawah tingkat tertentu, dan ketentuan force majeure.

Perbedaan Fundamental: Code Share vs BSA

AspekCode ShareBlock Space Agreement (BSA)Fokus komersialMarketing: memperluas penjualan dengan kode mitraKapasitas: alokasi ruang fisik (ton/CBM) untuk disewa/jual kembaliSiapa menanggung risiko kapasitasOperating carrier menanggung risiko pengisianPenyewa menanggung risiko atas ruang yang disewa (jika guaranteed)Pengaturan harga ke shipperHarga ditentukan oleh marketing carrier (bisa revenue share)Penyewa set bebas jual kembali; operating dapat tetapkan floor atau rate cardDokumen pengapalanAir waybill bisa dikeluarkan oleh marketing carrier atau operating carrier tergantung mekanismeAWB biasanya dikeluarkan oleh penyewa (house AWB) atau operating (master AWB) sesuai pengaturanKeterlibatan operasionalMinimal—operating tetap pegang control penerbanganLebih kompleks: stok ruang, pemblokiran kapasitas, koordinasi load planningUmumnya digunakan olehMaskapai yang ingin memperluas distribusiFreight forwarder besar, integrator, maskapai aliansi untuk kepastian ruang

Mengapa Maskapai dan Forwarder Memilih Salah Satu dari Kedua Model Ini?

Alasan memilih Code Share

  1. Perluas jaringan penjualan cepat tanpa biaya operasional yang besar.

  2. Menguatkan kerja sama komersial antar maskapai di rute yang saling melengkapi.

  3. Mempermudah integrasi interline untuk rute multi-segmen (hub-and-spoke).

  4. Peningkatan load factor lewat akses konsumen marketing carrier.

Alasan memilih BSA

  1. Kepastian kapasitas untuk forwarder atau integrator yang menjual jadwal tetap ke pelanggan (contract logistics).

  2. Kontrol atas pricing dan penjualan sehingga bisa menawarkan rate bundling dan capacity product.

  3. Manfaat skala: dengan menyewa ruang besar, penyewa bisa mendapatkan tarif lebih kompetitif.

  4. Pengelolaan peak season: forwarder mengamankan ruang saat permintaan melonjak.

Struktur Komersial dan Klausul Kunci dalam BSA

BSA tidaklah seragam; isi perjanjian sangat bergantung pada negosiasi. Namun ada elemen-elemen yang hampir selalu muncul:

  1. Volume Commitment (Minimum & Maximum)

    • Minimum guaranteed: penyewa berkomitmen membeli sekian CBM atau ton per periode.

    • Overcommitment atau opsi tambahan: mekanisme untuk menambah kapasitas jika permintaan meningkat.

  2. Pricing & Payment Terms

    • Tarif dasar per kg/CBM, skala diskon, dan mekanisme adjustment (fuel surcharge, currency fluctuation).

    • Skema deposit, billing period (monthly), dan penalti jika tidak membayar tepat waktu.

  3. Utilization & Make-up

    • Ketentuan pemakaian yang mengatur sisa ruang: apakah bisa carry-over, rolling, atau hangus.

    • Ketentuan "make-up" untuk menutupi shortfall oleh penyewa.

  4. Operational Performance & KPIs

    • Ketentuan on-time performance (OTP), misload rates, dan handling standards.

    • Remedial atau kompensasi jika performance di bawah standar.

  5. Documentation & AWB Issuance

    • Siapa yang mengeluarkan AWB master/house, pengaturan kargo acceptance, dan integrasi data.

  6. Liability & Insurance

    • Pembagian tanggung jawab atas loss/damage selama angkut; persyaratan asuransi kargo.

  7. Force Majeure & Disruption

    • Pasal yang melindungi kedua pihak saat ada gangguan seperti badai, pembatasan rute, atau kebijakan pemerintah.

  8. Term & Termination

    • Durasi perjanjian, notice period, dan kondisi terminasi (breach, insolvency).

Proses Operasional: Dari Kontrak ke Manifest dan Loading

1. Forecast dan Capacity Allocation

Penyewa (forwarder/airline partner) memberikan forecast volume bulanan/weekly. Operating carrier merencanakan alokasi fisik di load planner dan weight & balance.

2. Booking dan Cut-off

Penyewa membuka space melalui sistem booking operasional (sistem reservations). Ada cut-off time untuk acceptance kargo; provisi untuk late shipments atau reconsignment.

3. AWB Issuance dan Labeling

Tergantung perjanjian: penyewa mungkin mengeluarkan house AWB yang kemudian digabung ke master AWB oleh carrier, atau carrier langsung menerbitkan master AWB dan penyewa mengeluarkan house AWB untuk kliennya. Labeling harus konsisten untuk traceability.

4. Check-in, ULD Allocation, dan Build-up

Kargo diperiksa, dimeterai (if required), dan ditempatkan dalam Unit Load Device (ULD) sesuai load plan. Ketentuan siapa yang menanggung deviasi ULD (breakdown, shortage) tercatat dalam perjanjian.

5. Load Planning dan Weight & Balance

Operating carrier memiliki hak akhir terhadap load plan. Penyewa harus menyediakan accurate distribution data; jika tidak, carrier dapat menolak atau mere-distribute space.

6. Documentation Handover & Customs

Dokumen bea cukai disiapkan; master AWB dan cargo manifests di-submit ke otoritas. Bila cross-border, penyewa perlu pastikan import clearance capabilities.

Implikasi Dokumen: AWB, House AWB, Master AWB dan Customs

  • Master AWB (MAWB) diterbitkan oleh operating carrier; berisi data pengangkut, origin-destination, dan total kargo di container/ULD.

  • House AWB (HAWB) diterbitkan oleh freight forwarder penyewa untuk tiap shipper yang mem-book ruang. HAWB merepresentasikan kontrak antara shipper dan forwarder.

  • Manifest adalah ringkasan MAWB yang di-submit ke otoritas penerbangan dan bea cukai.

  • Cargo Acceptance Notice, Cargo Receipt, dan dokumen handling lainnya harus konsisten nama, berat, jumlah pieces untuk menghindari discrepancy.

Perbedaan antara BSA dan code share memengaruhi siapa yang bertanggung jawab menerbitkan dokumen ini dan siapa yang bertanggung jawab saat ada discrepancy. Dalam code share, marketing carrier sering meminta akses full data agar dapat menangani klaim dan customer service.

Kepabeanan, Regulatory & Compliance Issues

  1. Customs Declaration

    • Identitas pengimpor/eksportir pada dokumen harus konsisten. Jika HAWB dikeluarkan oleh forwarder, nama consignee harus sesuai license/pengaturan impor.

    • Di beberapa yurisdiksi, operating carrier harus melaporkan MAWB; discrepancy data antara HAWB dan MAWB dapat memicu pemeriksaan.

  2. Security Filing (e.g., ACAS, eManifest)

    • Pengaturan data security pre-load harus dipastikan; siapa unggah data ke sistem kontrol keamanan? Kegagalan dapat menyebabkan delay clearance.

  3. Regulatory Licensing

    • Beberapa negara mengatur pemegang license untuk melakukan impor; jika penyewa adalah non-resident, pengaturan partnership dengan local agent jadi penting.

  4. Trade Compliance & Sanctions Screening

    • Penyewa dan operating carrier harus melakukan screening terhadap pihak-pihak yang terlibat (sanctions, denied parties). Kegagalan screening dapat membawa risiko hukum.

Risiko Utama dan Strategi Mitigasinya

Risiko untuk Operating Carrier

  • Underutilization: jika penyewa tidak menggunakan ruang yang disewa. Mitigasi: klausul minimum guaranteed, atau fleksibilitas penjualan pada sisa space.

  • Operational Complexity: koordinasi dengan banyak penyewa menambah beban administrasi. Mitigasi: sistem integrasi data dan SOP standar.

Risiko untuk Penyewa

  • Overcommitment: membeli ruang yang tidak dapat dijual. Mitigasi: analisis demand historis, fleksibilitas opsi buy-back.

  • Liability Exposure: jika kargo rusak atau claim terjadi, pembagian liability harus jelas. Mitigasi: asuransi dan perjanjian indemnity.

Risiko Bersama

  • Regulatory Change: pembatasan rute atau kebijakan impor baru dapat mempengaruhi value BSA atau code share. Mitigasi: pasal force majeure dan renegotiation clauses.

  • Data Discrepancy: sangat berdampak pada clearance dan pembayaran. Mitigasi: standar data exchange, EDI integration, dan 3-way match.

Studi Kasus Singkat (Ilustratif)

Studi Kasus A — Forwarder Besar Menyewa BSA Musiman

Sebuah forwarder regional menandatangani BSA untuk musim puncak selama 3 bulan, menjamin 150 ton per minggu ke rute Asia–Eropa. Karena demand melonjak lebih tinggi dari prakiraan, forwarder menjual ruang pada harga premium dan memperoleh margin besar. Namun pada minggu terakhir, permintaan turun drastis — forwarder tetap harus membayar minimum yang terikat sehingga menanggung kerugian. Pembelajaran: gunakan clause rolling carry-over atau opsi sell-down untuk mitigasi downside.

Studi Kasus B — Maskapai A Menawarkan Code Share dengan Maskapai B

Maskapai A membuka code share kepada Maskapai B untuk beberapa rute feeder. Marketing carrier B berhasil menambah segmen klien karena integrasi tarif dan pemberian nomor penerbangan. Di sisi operasional, confusion muncul karena reporting SLA tidak disepakati. Pembelajaran: perlu SOP reporting, data sharing, dan customer service escalation path.

KPI dan Metric untuk Mengukur Keberhasilan Code Share & BSA

  • Load Factor (Cargo Utilization) per flight dan per route

  • Yield per kg/CBM: revenue per unit ruang

  • On-Time Performance (OTP) dan misload rates

  • No-show / Shortfall terhadap committed volume

  • Claim Ratio: jumlah claim per total shipments

  • Revenue per Flight Leg: pendapatan incremental karena code share/BSA

Memantau KPI ini membantu menilai apakah kerjasama komersial memberikan nilai tambah atau justru beban.

Tips Negosiasi untuk Maskapai dan Forwarder

  1. Forecast Berbasis Data — bawa data historis dan seasonality saat negosiasi.

  2. Define Clear Payment & Penalty Terms — termasuk mekanisme settlement dan dispute resolution.

  3. Request SLA & KPIs — set performance targets dan remediations.

  4. Agree on Documentation Flow — siapa keluarkan AWB, bagaimana manifest diserahkan, dan format data.

  5. Include Flexibility Clauses — opsi top-up atau carry-over untuk menahan risiko demand fluctuation.

  6. Regulatory Compliance Clause — siapa bertanggung jawab jika aturan negara berubah.

  7. Audit Rights — operator ingin hak audit pemakaian ruang; penyewa ingin perlindungan data.

Checklist Dokumen dan Proses Pra-Implementasi

  • Draft BSA / Code Share Agreement lengkap dan ditandatangani.

  • Forecast volume per periode dan mekanisme reporting.

  • Penetapan pricing models dan currency hedging jika diperlukan.

  • Integrasi IT: booking interface, EDI/portal submission.

  • SOP handling: booking, acceptance, ULD allocation, dan delivery order.

  • Asuransi & liability coverage confirmation.

  • Regulatory check: customs, security filing, and import/export licenses.

  • Training staff front-line: acceptance counter, load planning, customer service.

  • Contingency plan for disruption and re-accommodation.

FAQ (Pertanyaan yang Sering Muncul)

Q: Siapa yang bertanggung jawab jika kargo hilang pada penerbangan yang di-code-share?
A: Tanggung jawab awal biasanya ada pada operating carrier sebagai pengangkut fisik. Namun marketing carrier juga terkait tanggung jawab komersial kepada pelanggannya. Pembagian liability disepakati dalam perjanjian dan didukung oleh AWB yang relevan.

Q: Bisakah BSA di-cancel mendadak oleh operating carrier?
A: Umumnya tidak tanpa klausul khusus. BSA berisi ketentuan notice period dan penalty. Force majeure dapat memberikan hak terminasi lebih cepat.

Q: Apakah forwarder harus mengeluarkan MAWB atau HAWB dalam BSA?
A: Bergantung pada struktur. Forwarder penyewa sering mengeluarkan HAWB untuk pelanggan mereka dan operating carrier menerbitkan MAWB sebagai master. Pastikan format dan numbering konsisten.

Q: Bagaimana treatment tarif dan fuel surcharge di BSA?
A: Tarif dasar, surcharges, dan mekanisme adjustment biasanya diatur dalam pricing annex. Seringkali ada floor rates dan variable surcharges.

Kesimpulan — Memilih Model yang Tepat untuk Tujuan Bisnis Anda

Code share dan Block Space Agreement adalah dua instrumen berbeda yang menawarkan solusi bagi tantangan kapasitas dan jaringan kargo udara. Code share lebih tepat untuk memperluas jangkauan penjualan dan sinergi pemasaran antar maskapai; BSA cocok bagi entitas yang butuh kepastian kapasitas, kontrol harga, dan kemampuan untuk mengemas produk logistik sendiri.

Pilihan antara keduanya sebaiknya didasarkan pada analisis demand, risk appetite, kemampuan operasional, dan kesiapan compliance. Negosiasi yang matang, dokumentasi yang jelas, sistem data yang terintegrasi, dan monitoring KPI menjadi kunci agar kerjasama ini mendatangkan keuntungan bersama tanpa menimbulkan beban operasional berlebih.

Siap mengirimkan kargo udara Anda? Kirimkan melalui Hasta Buana Raya untuk solusi logistik yang andal dan aman!
👉 Hubungi 📱 +62-822-5840-1230 (WhatsApp/Telepon) untuk informasi lebih lanjut dan solusi pengiriman terbaik!

Digital Marketing

Rabu, 03 September 2025 10:00 WIB